Metroid Dread: Petualangan Terakhir Samus yang Tegang Elegan

Metroid Dread

Jakarta, nintendotimes.com – Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Saya masih duduk terpaku di depan layar Nintendo Switch, tangan berkeringat, detak jantung berpacu. Bukan karena bos terakhirnya OP atau puzzle-nya terlalu rumit. Tapi karena kehadiran sosok yang hanya bisa digambarkan sebagai mimpi buruk dalam bentuk mesin: E.M.M.I.

Inilah Metroid Dread, game yang berhasil menghidupkan kembali warisan klasik Nintendo dalam bentuk yang tak hanya relevan, tapi juga membuat para veteran dan pendatang baru sama-sama berkeringat.

Latar Cerita: Akhir dari Saga Panjang Samus Aran

Metroid Dread

Mari mulai dari dasar. Metroid Dread bukan sekadar platformer 2D biasa. Ia adalah sekuel langsung dari Metroid Fusion (2002), menjadikannya bagian dari saga utama Metroid—bukan spin-off seperti Metroid Prime. Butuh 19 tahun bagi para penggemar untuk sampai ke bab penutup ini.

Apa Ceritanya?

Setelah menerima sinyal misterius dari planet ZDR, Samus dikirim untuk menyelidiki kemungkinan masih hidupnya X Parasite—musuh lamanya yang seharusnya sudah punah. Tapi sesampainya di sana, Samus malah kehilangan semua kekuatannya, seperti biasa, dan harus memulai petualangan dari nol. Ya, klise khas Metroid, tapi kita suka.

Kali ini, ancaman terbesarnya bukan sekadar alien, tapi juga makhluk buatan: E.M.M.I., robot pengintai Federasi Galaksi yang kini memburunya tanpa ampun.

Ada konspirasi. Ada plot twist. Dan tentu saja, ada narasi personal soal identitas, trauma, dan kehendak bertahan hidup.

Gameplay: Perpaduan Metroidvania dan Survival Horror

Bagi kamu yang awam, genre Metroidvania mengacu pada game dengan eksplorasi terbuka, di mana kamu mendapatkan kemampuan baru untuk membuka area yang sebelumnya tertutup.

Kenapa Dread Spesial?

  • Pacing: Cepat, tapi tidak terburu-buru. Area baru dibuka dengan ritme yang pas.

  • Combat: Lebih responsif dari pendahulunya. Samus kini bisa melakukan melee counter, dan kontrolnya super presisi.

  • Atmosfer: Horor! Ya, ada nuansa horror sci-fi dalam desain ZDR yang gelap dan desain suara yang bikin merinding.

  • E.M.M.I. Zones: Di area tertentu, kamu akan diburu oleh robot E.M.M.I. yang tidak bisa dikalahkan. Ini menghadirkan sensasi stealth dan panic run yang jarang ditemukan di game Metroid sebelumnya.

Contoh: Saat kamu mendengar suara “tek-tek-tek” dari langkah kaki E.M.M.I., naluri untuk kabur muncul begitu saja. Saya sempat beberapa kali mati karena salah arah—tapi justru itu yang bikin adiktif.

Visual dan Desain: Minimalis, Tapi Penuh Detail

Jangan salah sangka. Walau tampil dalam format 2.5D (grafik 3D di lintasan 2D), Metroid Dread bukan game yang murahan.

Visual yang Efisien

Planet ZDR punya berbagai bioma dengan nuansa unik: dari gua bersalju, laboratorium berlumut, hingga reruntuhan bawah tanah yang atmosferiknya luar biasa. Tiap area punya pencahayaan dan warna yang “bercerita”.

Cutscene-nya? Sinematik. Sudut kamera berubah saat pertarungan bos, memberikan nuansa dramatis yang mendalam.

Dan Samus? Dia tampil sebagai pahlawan tangguh, tenang, dan penuh misteri. Tanpa banyak bicara, tapi setiap gerakannya menyiratkan kekuatan dan trauma.

Tantangan, Kesabaran, dan Reward: Dread Bukan untuk yang Lelah

Metroid Dread tidak minta maaf karena sulit. Tapi di situlah letak keindahannya. Kamu akan berkali-kali tersesat, berkali-kali mati, dan berkali-kali kembali ke tempat yang sama. Tapi ketika akhirnya kamu menemukan jalan keluar, atau berhasil kalahkan bos super cepat, sensasinya tak tergantikan.

Bos Terbaik?

  • Kraid: Bos klasik dari Metroid yang hadir kembali dalam versi baru.

  • Experiment Z-57: Serangan laser gila-gilaan yang menguji refleksmu.

  • Raven Beak: Final boss yang mungkin bisa masuk jajaran pertarungan terbaik Nintendo sepanjang masa.

Dan jangan khawatir, kamu bisa mengakses peta dan fitur teleport, jadi tidak harus hafal seluruh dunia (walau kadang tetap nyasar juga sih).

Metroid Dread dan Legacy-nya: Genre Metroidvania yang Lahir Kembali

Setelah bertahun-tahun berada di bayang-bayang genre open-world dan shooter, Metroid Dread datang sebagai pengingat bahwa genre Metroidvania masih punya taring. Bahkan, bisa jadi lebih relevan di tengah game modern yang cenderung bloated dan terlalu kompleks.

Game ini juga membuka jalan untuk generasi baru gamer mengenal siapa itu Samus Aran. Bukan hanya sebagai karakter Smash Bros., tapi sebagai ikon wanita tangguh dalam dunia game—bahkan sejak tahun 1986!

Fakta menarik: Metroid Dread memecahkan rekor penjualan tertinggi sepanjang sejarah seri Metroid. Dalam beberapa minggu setelah rilis, game ini langsung merajai tangga game di Jepang dan Amerika.

Penutup: Dread yang Membekas dan Menggetarkan

Metroid Dread bukan game untuk semua orang. Ia bukan sandbox penuh kebebasan. Bukan RPG dengan ratusan pilihan dialog. Tapi ia adalah pengalaman game yang terstruktur dengan indah, menegangkan, dan jujur.

Untuk kamu yang belum pernah main Metroid—mulailah dari sini. Untuk veteran yang menunggu kelanjutan saga—ini penutup yang layak.

Dan untuk kita semua: ini adalah bukti bahwa di dunia game yang penuh dengan sequel generik dan lootbox, masih ada karya yang dibuat dengan cinta, ketelitian, dan niat untuk membuat pemain merasa… hidup.

Baca Juga Artikel dari: Menjelajah Dunia Gelap Diablo Immortal: Sensasi RPG dalam Genggaman

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming

Author