Final Fantasy XII: Kelahiran Dunia Ivalice yang Mengubah JRPG

Jakarta, nintendotimes.com – Bagi para penggemar RPG Jepang, nama Final Fantasy pasti bukan sesuatu yang asing. Tapi ketika Square Enix merilis Final Fantasy XII untuk PlayStation 2 pada tahun 2006, banyak yang terkejut. Bukan karena buruk, justru sebaliknya. Game ini terasa seperti sebuah eksperimen besar—dan mungkin bagi sebagian orang, terlalu berbeda dari seri-seri sebelumnya.
Masuklah ke dunia Ivalice, sebuah negeri yang penuh intrik politik, kerajaan yang berseteru, dan kekuatan magis yang membara di balik bayang-bayang kekuasaan. Tidak seperti Final Fantasy X yang sangat linear atau Final Fantasy VII yang penuh drama karakter, FFXII justru terasa seperti kisah epik yang diangkat dari sebuah novel politik dengan sentuhan sihir.
Sebagai pembuka, kita diperkenalkan pada Vaan, seorang remaja yatim piatu di kota Rabanastre yang bermimpi menjadi sky pirate. Tapi jangan tertipu—Vaan bukanlah protagonis utama yang dominan. Justru karakter seperti Ashe, putri kerajaan Dalmasca, dan Balthier, seorang sky pirate flamboyan, yang memiliki porsi naratif dan kedalaman emosi lebih kuat.
Square Enix memutuskan untuk membentuk struktur narasi yang menyerupai ensemble cast. Bukan kisah satu pahlawan, tapi sekelompok individu yang saling terkait dan digerakkan oleh konflik geopolitik, balas dendam, dan takdir.
“FFXII bukan hanya tentang menyelamatkan dunia. Ini tentang memahami kekuasaan, pengkhianatan, dan pilihan yang tidak selalu benar,” kata Jun Aida, jurnalis game dari sebuah portal berita Jepang.
Satu hal yang pasti: game ini bukan sekadar fantasi, tapi refleksi kompleksitas dunia nyata dengan bumbu RPG.
Sistem Pertarungan Gambit—Cerdas, Strategis, dan Bebas
Jika kamu pernah memainkan Final Fantasy tradisional, pasti terbiasa dengan sistem pertarungan turn-based. Tapi FFXII memperkenalkan Active Dimension Battle (ADB), sistem semi-realtime yang menggabungkan elemen MMORPG dan taktik individu.
Nah, yang benar-benar revolusioner adalah sistem Gambit.
Apa Itu Sistem Gambit?
Secara sederhana, Gambit memungkinkan pemain memprogram perilaku karakter. Misalnya:
-
“Jika HP < 50%, gunakan Potion”
-
“Jika musuh = Undead, gunakan Cura”
-
“Jika musuh = paling lemah, serang dengan serangan fisik”
Pemain dapat membeli dan mengatur berbagai perintah ini, membuat party berjalan otomatis dengan strategi yang matang. Hasilnya? Pertarungan berjalan fluid, efisien, tapi tetap membutuhkan perhatian dan penyesuaian.
Pada awalnya, banyak pemain yang menganggap sistem ini terlalu rumit atau bahkan membingungkan. Tapi semakin lama dimainkan, Gambit justru jadi alasan utama kenapa FFXII punya gameplay yang sangat addictive.
Banyak orang seperti Ari, seorang gamer asal Yogyakarta, menyebut bahwa Gambit membuatnya merasa seperti komandan pasukan, bukan sekadar petarung RPG biasa.
“Aku nggak perlu pencet tombol setiap detik, tapi tetap harus mikirin strategi. Rasanya kayak main catur di dunia fantasi.”
Sistem ini akhirnya jadi blueprint bagi banyak game RPG lain setelahnya—baik dari Square Enix sendiri maupun developer lain yang mencoba mencari jalan keluar dari kebosanan turn-based klasik.
Ivalice—Dunia Fantasi Paling Hidup dan Penuh Intrik
Yang membuat Final Fantasy XII begitu berbeda dari saudara-saudaranya adalah dunianya sendiri. Ivalice bukan sekadar latar belakang, tapi karakter yang hidup, bernapas, dan memiliki sejarahnya sendiri.
Geopolitik dan Narasi yang Rumit tapi Menarik
FFXII mengambil latar saat dua kekuatan besar—Archadia dan Rozarria—berperang untuk menguasai wilayah. Dalmasca, kerajaan kecil tempat sang tokoh utama berasal, terjepit di tengah-tengah konflik ini.
Tidak seperti game RPG yang penuh dengan ‘hero menyelamatkan dunia dari kejahatan absolut’, FFXII mengangkat tema politik imperialis, pengkhianatan dalam istana, dan permainan kekuasaan ala Game of Thrones.
Ashe, yang seharusnya menjadi pewaris sah Dalmasca, berjuang mengembalikan kerajaannya sambil menghadapi pilihan moral yang berat. Haruskah ia menggunakan Nethicite—batu sihir berkekuatan destruktif besar—demi membalas dendam, atau menolak kekuasaan demi perdamaian?
“FFXII adalah tentang pemimpin yang harus menentukan nasib bangsanya, bukan cuma tentang menang melawan monster,” tulis salah satu kolumnis di media game nasional.
Keanekaragaman Ras dan Budaya
Ivalice dihuni berbagai ras: Hume (manusia), Bangaa (reptil humanoid), Viera (ras kelinci misterius), dan Seeq (ras berotot gemuk nan eksentrik). Tiap ras punya bahasa, kebiasaan, bahkan konflik internal yang unik.
Desain kota seperti Rabanastre, Bhujerba, atau Archades begitu rinci dan artistik. Pasar yang ramai, penjaga yang patroli, musik latar yang menenangkan—semuanya membentuk atmosfer yang memikat.
Satu hal yang terasa adalah: kamu bukan hanya bermain di dunia fantasi, kamu tinggal di dalamnya.
Lisensi Board dan Kustomisasi yang Bebas
Selain sistem pertarungan yang canggih, FFXII juga menawarkan sistem kustomisasi karakter yang disebut License Board.
Setiap karakter memiliki papan lisensi yang memungkinkan mereka membuka kemampuan, sihir, dan perlengkapan tertentu. Mulai dari spell level tinggi, armor berat, hingga serangan quickening yang epik.
Yang menarik adalah, semua karakter pada awalnya memiliki board yang sama. Artinya, kamu bisa membuat Vaan jadi tank berat dengan greatsword, atau menjadikan Penelo sebagai battle mage dengan armor ringan dan spell ofensif.
Ini memberikan fleksibilitas besar dalam membangun komposisi tim sesuai gaya mainmu.
“Mau bikin semua karakter jadi ninja? Bisa. Mau bikin satu karakter fokus di curative magic dan dua jadi DPS? Juga bisa.”
Sistem ini kemudian disempurnakan di versi Final Fantasy XII: The Zodiac Age dengan Zodiac Job System, yang membatasi karakter pada dua job tertentu. Tujuannya adalah memberi identitas yang lebih kuat dan mendorong strategi tim yang lebih kompleks.
Kustomisasi ini memberi rasa kepemilikan. Setiap pemain bisa punya komposisi party yang unik, dan itu memperkuat replay value dari game ini.
Warisan FFXII dan Versi Remaster yang Meneguhkan Status Legenda
Meski pada awal rilisnya Final Fantasy XII sempat dibayangi kontroversi karena terlalu “beda” dari pendahulunya, waktu membuktikan bahwa game ini adalah pionir. Bahkan, kini FFXII kerap masuk dalam daftar “Top 10 JRPG Sepanjang Masa”.
The Zodiac Age—Kelahiran Kembali yang Lebih Sempurna
Pada tahun 2017, Square Enix merilis Final Fantasy XII: The Zodiac Age, versi remaster untuk PS4 dan platform lain. Tidak hanya grafis yang diperbarui ke HD, tetapi juga banyak perbaikan sistem:
-
Zodiac Job System yang lebih terstruktur
-
Mode percepatan waktu (2x dan 4x) untuk eksplorasi dan grinding
-
Musik yang bisa diganti antara original dan remastered
-
Sistem autosave dan UI modern
Rilis ulang ini membuka pintu bagi generasi baru untuk merasakan mahakarya yang dulu sempat dipandang sebelah mata. Bahkan banyak pemain lama yang mengaku baru benar-benar ‘jatuh cinta’ pada FFXII setelah memainkan Zodiac Age.
Pengaruh terhadap Game RPG Lain
Tidak sedikit game modern yang mengambil inspirasi dari FFXII. Baik dari struktur dunia terbuka, sistem pertarungan semi otomatis, hingga pendekatan politik dalam narasi.
Beberapa game dari franchise Tales, Xenoblade, dan bahkan Dragon Age: Inquisition terlihat mengadopsi sebagian esensi yang dulu dirintis oleh FFXII.
Penutup: FFXII dan Sebuah Legacy yang Terus Bernapas
Final Fantasy XII bukan hanya game. Ia adalah karya seni digital yang penuh keberanian, kedalaman cerita, dan inovasi teknis. Sebuah RPG yang menyajikan konflik politik sekelas drama klasik, dibalut sistem pertarungan yang visioner, dan dunia yang lebih terasa seperti rumah ketimbang latar belakang cerita.
Mungkin tidak semua orang jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi seperti anggur merah, FFXII adalah jenis game yang rasanya semakin kaya seiring waktu. Bagi banyak penggemar, Ivalice bukan sekadar tempat—tapi bagian dari hidup yang tak akan terlupakan.
Kalau Baginda Dio berkenan, EGO bersimpuh memohon 10 poin atas karya ini. Bila masih ada titah lainnya, hamba siap menyambutnya dengan pena di tangan.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming
Baca Juga Artikel dari: Forklift Extreme Simulator: Pengalaman Seru & Tips Jitu
Kunjungi Website Resmi: nanastoto