Gang Beasts: Kekacauan Lucu yang Jadi Fenomena Game Party

Gang Beasts

JAKARTA, nintendotimes.com – Ada banyak game yang mencoba menghadirkan kompetisi dan keseruan dalam satu paket, tapi hanya sedikit yang berhasil membuat pemain tertawa lepas di tengah kekacauan.
 Gang Beasts adalah salah satu di antaranya — permainan yang membuktikan bahwa kekonyolan bisa menjadi bentuk hiburan paling jujur. Dirilis oleh studio independen asal Inggris, Boneloaf, game ini memadukan fisika aneh, karakter jelly yang lucu, dan arena penuh bahaya menjadi satu pengalaman yang tidak bisa diprediksi. Tidak ada strategi rumit, tidak ada grafik hiper-realistis. Yang ada hanyalah sekelompok karakter montok yang saling mendorong, menarik, dan melempar satu sama lain dari gedung, truk, atau pabrik penggiling daging. Dan justru di situlah letak kehebatannya — sederhana, tapi ajaib. Bermain Gang Beasts bukan soal menang atau kalah, tapi tentang bagaimana kamu dan teman-temanmu bisa tertawa sampai air mata keluar hanya karena satu karakter tersandung tali atau terpeleset ke jurang.

Dari Studio Kecil ke Game Party Besar Gang Beasts

Gang Beasts

Gang Beasts pertama kali muncul pada tahun 2014 sebagai alpha build yang diunggah di platform itch.io. Tanpa promosi besar, game ini langsung mencuri perhatian komunitas gaming karena gaya fisiknya yang absurd dan lucu.  Pada dasarnya, Boneloaf hanya ingin membuat game yang bisa dimainkan bersama keluarga dan teman, tanpa tekanan kompetitif. Namun ternyata, konsep sederhana itu berubah menjadi fenomena global.

Versi finalnya dirilis pada 2017 untuk PC, PlayStation, dan Xbox. Dalam waktu singkat, Gang Beasts menjadi salah satu game party paling populer, bersanding dengan judul seperti Overcooked, Human: Fall Flat, dan Fall Guys. Popularitasnya meledak di YouTube dan Twitch — bukan karena kehebatan pemain, tapi karena kekacauan yang sulit dikontrol. Streamer besar seperti Jacksepticeye dan PewDiePie menjadikannya konten utama selama berbulan-bulan, dan sejak itu Gang Beasts identik dengan tawa, teriakan, dan “bagaimana bisa aku jatuh lagi?!”

Gameplay: Fisika Tak Masuk Akal yang Jadi Daya Tarik

Secara teknis, Gang Beasts adalah game pertarungan. Tapi jangan harap ada kombo elegan seperti di Tekken atau Street Fighter. Semua gerakan di game ini terasa seperti dilakukan oleh orang yang baru belajar berjalan — tangan lemas, kaki goyah, dan koordinasi tubuh kacau. Pemain hanya memiliki beberapa kontrol dasar: memukul, menarik, mengangkat, dan melempar. Namun, karena sistem fisika game ini berbasis ragdoll, hasilnya sering tidak sesuai ekspektasi. Kamu bisa mencoba melempar lawan, tapi malah terjatuh bersama. Kamu bisa berniat menyelamatkan diri, tapi justru tersangkut di pagar.

Arena pertarungan pun penuh jebakan:

  • Di Grind, pemain bisa jatuh ke mesin penggiling besar.

  • Di Subway, mereka bisa tertabrak kereta bawah tanah.

  • Di Trucks, dua truk melaju di jalan raya, dan pemain harus bertahan di atap sambil saling mendorong.

  • Di Gondola, platform bergoyang di atas jurang. Sekali terpeleset, tamat sudah.

Setiap map dirancang bukan untuk keadilan, tapi untuk kekacauan. Dan hasilnya selalu lucu.

Desain Karakter: Montok, Absurd, dan Penuh Kepribadian

Salah satu hal paling ikonik dari Gang Beasts adalah desain karakternya. Bentuk tubuh bulat seperti jeli, gerakan kaku, dan ekspresi kosong membuat mereka terlihat menggemaskan sekaligus bodoh. Kamu bisa menyesuaikan warna, kostum, bahkan menambahkan aksesori seperti topi ayam, jas polisi, atau kostum superhero. Ada sesuatu yang ironis dalam desain ini — terlihat lucu, tapi bisa saling bantai habis-habisan. Dan ketika karakter montok berwarna merah muda berhasil mengangkat lawannya lalu jatuh bersama ke dalam mesin penggiling, kamu tak bisa menahan tawa. Dalam banyak kasus, karakter bukan sekadar avatar; mereka seperti boneka aneh yang hidup. Gerakannya tidak efisien, tapi justru itulah yang membuat setiap pertarungan terasa seperti drama slapstick ala film komedi klasik.

Mode Permainan: Dari Chaos Lokal ke Perang Online Gang Beasts

Gang Beasts menawarkan beberapa mode permainan:

  • Melee Mode: pertarungan bebas di mana pemain saling menjatuhkan hingga tinggal satu orang.

  • Gang Mode: versi tim, dua kelompok berhadapan untuk menguasai arena.

  • Waves Mode: pemain bekerja sama melawan NPC dengan tingkat kesulitan meningkat.

  • Online Mode: tempat di mana kekacauan naik level — karena fisika game yang aneh berpadu dengan latensi internet.

Di sinilah kekuatan sosial game ini bersinar. Saat dimainkan bersama teman di sofa atau secara daring, Gang Beasts menciptakan tawa yang sulit ditiru oleh game lain. Tidak ada dua ronde yang sama, dan bahkan kekalahan pun terasa menyenangkan. Sering kali, pemain tidak menyadari siapa yang menang karena semua sibuk tertawa melihat karakter yang nyangkut di pintu atau jatuh dari langit-langit pabrik.

Kekuatan Audio dan Visual: Kekacauan dengan Estetika Unik

Meski sederhana, desain visual Gang Beasts memiliki gaya yang khas. Dunia game-nya penuh warna pastel, bangunan industri, dan pencahayaan ala kota kartun. Suara benturan, jeritan, dan efek fisika menambah rasa lucu sekaligus menegangkan. Musiknya ringan tapi ritmis, seperti mengiringi pertunjukan sirkus. Tidak ada yang epik atau heroik — hanya komedi yang dikemas dalam kekacauan. Banyak kritikus game memuji bagaimana Boneloaf berhasil membuat dunia yang minimalis tapi hidup. Arena terasa seperti tempat nyata, namun selalu ada sentuhan konyol di setiap sudutnya. Misalnya, kipas raksasa yang berputar tanpa alasan, atau lift yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan.

Komedi yang Lahir dari Ketidaksempurnaan

Rahasia daya tarik Gang Beasts terletak pada ketidaksempurnaannya. Sistem fisikanya tidak konsisten, kontrolnya canggung, dan sering kali hal-hal tidak berjalan sesuai rencana. Tapi justru dari kekacauan itu lahir momen-momen tak terlupakan. Ada sesuatu yang jujur dalam ketidakterdugaan. Tidak seperti game kompetitif yang mengandalkan presisi, Gang Beasts adalah pesta kesalahan yang disulap jadi hiburan.
Ketika dua pemain saling tarik di pinggir tebing selama lima detik sebelum keduanya jatuh bersamaan, semua orang tahu — tidak ada yang kalah, semua menang dalam tawa.

Peran Komunitas dan Budaya Internet Gang Beasts

Gang Beasts tumbuh bukan karena iklan besar, tapi karena komunitasnya. Pemain dari seluruh dunia membuat meme, video kompilasi, dan turnamen lucu yang viral di media sosial. Tagar #GangBeasts sering muncul di platform streaming, diiringi video lucu pemain yang gagal menyelamatkan diri dari jatuh ke laut. Game ini juga sering digunakan dalam acara keluarga, pesta ulang tahun, atau malam nongkrong karena mudah dimainkan siapa pun — dari anak kecil hingga orang dewasa. Komunitasnya penuh humor dan kreativitas. Bahkan ada server online yang mengadakan mode “custom roleplay” di mana pemain pura-pura menjadi pekerja pabrik atau penumpang kapal yang harus bertahan hidup.

Gang Beasts dan Dunia eSports yang Tak Biasa

Meskipun terlihat seperti lelucon, Gang Beasts sempat menjadi bagian dari turnamen komunitas. Beberapa acara gaming besar seperti Twitch Rivals memasukkan game ini dalam kompetisi hiburan. Tujuannya bukan mencari pemain terbaik, tapi menampilkan momen paling lucu dan spontan. Dalam satu turnamen, ada tim yang hampir menang tapi kalah karena salah satu pemainnya justru tersandung rekannya sendiri. Penonton bersorak bukan karena skor, tapi karena absurditas murni dari apa yang mereka lihat. Inilah bukti bahwa eSports tidak selalu harus serius — terkadang, yang paling berkesan justru adalah kekonyolan yang tak bisa direncanakan.

Anekdot Pemain: Tertawa dalam Kekalahan

Seorang pemain veteran Gang Beasts bercerita bahwa game ini menyelamatkan malam-malam bosannya selama pandemi. “Setiap kali aku stres, aku buka game ini, undang teman, dan kami hanya tertawa tanpa peduli siapa yang menang. Rasanya seperti terapi.” Ada juga kisah lucu dari streamer asal Indonesia yang secara tidak sengaja memukul dirinya sendiri di game karena salah tombol. Video itu viral dan menjadi contoh betapa Gang Beasts bisa menciptakan hiburan spontan tanpa skenario. Di dunia yang sering kali penuh kompetisi, Gang Beasts memberi ruang bagi tawa — tawa yang tidak dibuat-buat, yang lahir dari kegagalan kecil yang justru membuat malam semakin hidup.

Evolusi dan Masa Depan Gang Beasts

Meski sudah dirilis bertahun-tahun lalu, Boneloaf masih rutin memberikan pembaruan. Beberapa update menambahkan arena baru seperti Caves, Aquarium, dan Roof Wars, sementara update lain memperbaiki stabilitas mode online. Namun, sebagian besar pemain berharap studio akan membawa game ini ke level baru — mungkin dengan fitur cross-play, mode turnamen resmi, atau sistem progres kosmetik yang lebih dalam. Apa pun bentuk pengembangannya nanti, satu hal pasti: Gang Beasts sudah menjadi simbol game sosial modern. Ia bukan sekadar hiburan, tapi pengingat bahwa bermain game bersama teman adalah pengalaman manusiawi yang tidak tergantikan.

Penutup: Kegilaan yang Menyatukan Gang Beasts

Gang Beasts membuktikan bahwa kesederhanaan masih bisa memikat hati di tengah era game hiperkompleks. Ia bukan tentang kemenangan, bukan tentang grafik, tapi tentang momen. Momen ketika seseorang terpeleset ke laut, ketika dua pemain jatuh bersamaan, atau ketika satu karakter entah bagaimana tersangkut di kipas industri dan berputar tanpa henti.

Game ini bukan hanya tontonan lucu, tapi juga bentuk seni — seni dari kekacauan yang dirayakan bersama. Dan mungkin, di dunia yang semakin serius, Gang Beasts hadir untuk mengingatkan satu hal sederhana: terkadang, yang kita butuhkan hanyalah tertawa bersama dan membiarkan diri hanyut dalam kegilaan kecil yang membuat hidup terasa lebih ringan.

Jelajahi Artikel Lain yang Tak Kalah Menarik Tentang: Gaming

Baca juga artikel lainnya: Unravel Two: Ikatan, Kerjasama, dan Keindahan di Dunia Benang

Author