Hyrule Warriors: Ketika Dunia Zelda Disulap Arena Serba Cepat

Jakarta, nintendotimes.com – Suatu malam di tahun 2014, seorang penggemar The Legend of Zelda bernama Radit membuka trailer game baru dari Nintendo dan langsung terpaku. Bukan karena Link menunggang kuda atau memecahkan teka-teki kuil seperti biasanya. Tapi karena Link sedang… mengayunkan pedangnya ke ratusan musuh dalam sekali tebas.
Itulah momen pertama dunia mengenal Hyrule Warriors, game kolaborasi antara Nintendo dan Koei Tecmo yang menggabungkan dunia Zelda dengan gaya bermain ala Dynasty Warriors. Sebuah keputusan yang saat itu cukup mengejutkan, tapi ternyata berhasil menciptakan sub-franchise baru yang digemari jutaan pemain.
Secara singkat, Hyrule Warriors adalah spin-off dari seri The Legend of Zelda, tetapi dengan pendekatan yang sangat berbeda. Jika Zelda biasanya dikenal sebagai game action-adventure dengan teka-teki dan eksplorasi lambat, Hyrule Warriors justru menawarkan gameplay hack-and-slash cepat, brutal, dan penuh ledakan efek visual.
Game ini pertama kali rilis untuk Nintendo Wii U di tahun 2014, lalu mendapat versi lengkap di Nintendo Switch dalam bentuk Hyrule Warriors: Definitive Edition, dan akhirnya disusul dengan prekuel resmi dari Breath of the Wild berjudul Hyrule Warriors: Age of Calamity di tahun 2020.
Sebuah transformasi total dari dunia Zelda yang biasanya sunyi dan magis, menjadi ajang perang masif tempat para pahlawan dan monster bertabrakan di medan tempur raksasa. Dan, anehnya, semua itu tetap terasa seperti Zelda—karena dibalut lore dan semesta Hyrule yang begitu khas.
Gameplay Hack-and-Slash yang Intens dan Bikin Ketagihan
Kalau kamu pernah memainkan Dynasty Warriors atau Samurai Warriors, kamu pasti sudah familiar dengan struktur gameplay Hyrule Warriors. Tapi ada bumbu khas Zelda yang membuat semuanya jadi lebih kaya dan menyenangkan.
Struktur Inti:
Kamu bermain sebagai karakter dari dunia Zelda dan menghadapi ribuan musuh dalam medan perang luas. Misinya beragam—merebut benteng, mengalahkan bos, menyelamatkan sekutu, atau bertahan dari serangan musuh besar. Semua dilakukan dalam satu arena yang aktif dan dinamis.
Setiap karakter punya gaya bertarung berbeda. Link punya serangan pedang cepat dan bisa mengeluarkan tebasan spin. Impa bisa memanggil klon bayangan. Zelda memakai tongkat sihir. Bahkan karakter seperti Darunia dan Midna memiliki gaya bertarung yang unik dan penuh gaya.
Fitur yang Membuat Ketagihan:
-
Combo System
Semakin banyak musuh yang kamu kalahkan tanpa henti, semakin tinggi skor combo-mu. Dan ada rasa memuaskan tersendiri melihat angka “KO” mencapai ribuan. -
Weapon & Upgrade
Kamu bisa mengganti senjata, mengembangkan skill, dan membuka jurus spesial. Setiap senjata punya kombinasi serangan yang berbeda pula. -
Boss Battles
Kadang musuh tidak hanya Goblin atau Bokoblin, tapi juga Gohma raksasa atau King Dodongo yang butuh strategi khusus. -
Multiplayer Co-op
Versi Switch mendukung dua pemain lokal di satu layar, membuat game ini cocok dimainkan bareng teman atau pasangan.
Gameplay Hyrule Warriors mungkin terdengar sederhana—karena kamu hanya “membantai musuh”—tapi dalam praktiknya, ada strategi mikro yang membuatmu harus cermat: kapan menyerang, bertahan, berpindah area, atau memanggil bantuan.
Bagi sebagian pemain, ini adalah cara terbaik menikmati dunia Zelda tanpa harus repot memecahkan teka-teki rumit atau jalan cerita panjang. Bagi yang lain, ini adalah pintu masuk ke semesta Hyrule lewat pendekatan yang lebih kasual tapi tetap seru.
Hyrule Warriors: Age of Calamity—Prekuel yang Tak Terduga
Saat Nintendo mengumumkan Hyrule Warriors: Age of Calamity sebagai prekuel resmi dari The Legend of Zelda: Breath of the Wild, banyak fans yang antusias sekaligus penasaran. Bisa dibilang, ini adalah keputusan berani. Karena kali ini, bukan hanya sekadar spin-off, tapi menjadi bagian kanon cerita utama Zelda.
Age of Calamity membawa pemain kembali ke 100 tahun sebelum peristiwa Breath of the Wild. Di sini, kita mengikuti perjuangan Link, Zelda, dan para Champion—Mipha, Revali, Daruk, dan Urbosa—melawan kebangkitan Calamity Ganon.
Yang bikin spesial dari seri ini:
-
Cutscene Cinematic
Cerita diceritakan lewat animasi berkualitas tinggi, dengan narasi emosional dan dialog penuh ketegangan. -
Karakter Baru & Playable
Kamu bisa memainkan karakter seperti Purah, Robbie, bahkan Master Kohga dari Yiga Clan. -
Fighting Style Berbeda
Tiap karakter punya teknik khas. Misalnya, Urbosa bisa menyimpan energi petir, sedangkan Revali terbang dan menyerang dari udara. -
Peta Dunia & Misi Sampingan
Mirip Breath of the Wild, kamu bisa membuka lokasi baru di peta, menyelesaikan side quest, dan memasok bahan untuk membuka skill.
Meskipun ada beberapa kritik tentang performa frame rate dan cerita yang sedikit “melenceng” dari harapan fans BOTW, secara keseluruhan Age of Calamity mendapat respons positif, terutama karena keberhasilannya menggabungkan aksi masif dengan narasi emosional.
Seorang gamer bernama Yohan dari komunitas Discord Switch Indonesia berkata, “Gua nonton ending Age of Calamity sambil nahan napas. Gak nyangka game action bisa sekaligus sedalam itu.”
Visual, Musik, dan Fanservice untuk Pecinta Zelda
Hyrule Warriors memang bukan RPG eksplorasi. Tapi dari sisi presentasi, game ini tetap menyuguhkan sesuatu yang layak dinikmati oleh fans lama maupun baru.
Visual Dunia Hyrule
Setiap medan perang dirancang menyerupai lokasi ikonik: Hyrule Field, Gerudo Desert, Death Mountain, Temple of Time, bahkan kuil-kuil dari game lama. Dengan gaya cel-shading yang familiar dari Breath of the Wild, game ini tetap terasa “Zelda banget” meskipun genrenya berbeda.
Efek ledakan, sihir, dan jurus spesial pun dirancang penuh warna dan gaya. Kamu bisa memutar serangan pemungkas Link yang meledakkan musuh dengan panah cahaya, atau gerakan acrobatic Impa yang memanggil salinan dirinya untuk menghancurkan musuh dalam sekejap.
Musik & Soundtrack
Salah satu aspek terbaik dari Hyrule Warriors adalah musiknya. Lagu-lagu klasik Zelda di-remix dengan gaya orkestra cepat, cocok dengan nuansa medan perang.
Lagu seperti “Zelda’s Lullaby”, “Gerudo Valley”, hingga “Hyrule Castle” disulap jadi anthem perang yang bikin semangat meningkat tiap kali dimainkan.
Fanservice untuk Para Veteran
Game ini juga penuh referensi kecil untuk fans setia:
-
Kostum klasik Link dan Zelda
-
Senjata dari game lama seperti Fire Rod atau Spinner
-
Karakter seperti Tingle, Skull Kid, hingga Marin dari Link’s Awakening
Fanservice ini bukan sekadar gimmick. Ia hadir sebagai bentuk cinta kepada para pemain yang telah setia mengikuti Zelda selama puluhan tahun.
Layak Dimainkan? Siapa yang Cocok Main Hyrule Warriors?
Pertanyaan klasik: “Kalau aku bukan fans Zelda, apa Hyrule Warriors tetap asik?” Jawabannya: ya, sangat.
Hyrule Warriors cocok untuk:
-
Pemain yang suka aksi cepat dan tanpa banyak mikir rumit.
-
Fans Zelda yang ingin melihat dunia Hyrule dalam bentuk baru.
-
Pecinta game musou seperti Dynasty Warriors, tapi ingin sesuatu yang lebih colorful.
-
Pemula yang baru kenal Zelda dan ingin tahu karakter-karakternya.
-
Streamer yang butuh konten visual keren dan gameplay engaging.
Namun, perlu diingat, genre hack-and-slash punya risiko “terasa repetitif” jika dimainkan terlalu lama. Jadi, Hyrule Warriors paling asik dimainkan dalam sesi pendek-pendek, bukan 6 jam nonstop.
Bagi penggemar Zelda, game ini memberikan banyak kejutan. Tapi bahkan jika kamu belum pernah menyentuh seri utama sekalipun, kamu tetap bisa menikmati gameplay-nya yang menyenangkan dan penuh aksi.
Penutup: Hyrule Warriors, Ketika Tradisi dan Aksi Menyatu dalam Ledakan Gaya
Hyrule Warriors adalah bukti bahwa bahkan seri legendaris seperti The Legend of Zelda bisa beradaptasi dan bereksperimen tanpa kehilangan jati diri. Game ini menyajikan kombinasi unik antara cerita emosional, karakter ikonik, dan pertarungan masif yang menghibur.
Ia bukan pengganti game Zelda utama, tapi ia adalah pelengkap yang sempurna—penuh energi, visual megah, dan gameplay yang membuatmu merasa jadi pahlawan Hyrule sesungguhnya.
Dan kadang, saat dunia sedang berat dan pikiran sedang penat, tidak ada yang lebih menyenangkan dari menghajar 200 bokoblin dalam satu tebasan pedang sambil dengar musik Gerudo Valley versi rock.
Baca Juga Konten dengan Artikel dari: Gaming
Baca Juga Artikel dari: My Cat: Kisah Seru, Tips Ngurus & Pelajaran Si Meong