No More Heroes III: Aksi Gila Travis Touchdown Dunia Game

No More Heroes III

Jakarta, nintendotimes.com – Ada satu nama yang hampir selalu muncul ketika membicarakan game hack-and-slash penuh aksi dan humor absurd: Travis Touchdown. Tokoh ikonik ciptaan Goichi Suda alias Suda51 ini kembali menggebrak dengan No More Heroes III, seri terbaru yang melanjutkan kisah panjang pertarungan Travis melawan musuh-musuh tak biasa.

Bayangkan sebuah game yang menyatukan dunia pro-wrestling, otaku hardcore, satir kehidupan modern, hingga humor vulgar yang kadang membuat kita geleng kepala. Itulah paket lengkap No More Heroes. Dengan perilisan seri ketiga ini, penggemar dibuat kembali larut dalam kegilaan khas Travis: mengayunkan beam katana, bertarung melawan alien, sambil tetap menyelipkan gaya kocak khas dirinya.

Sejarah Singkat: Dari Game Kultus Hingga Legenda

No More Heroes III

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita menoleh sedikit ke belakang. No More Heroes pertama kali dirilis di Nintendo Wii pada 2007. Saat itu, game ini langsung mencuri perhatian karena tampilannya yang berbeda: gaya grafis yang unik, gameplay hack-and-slash memuaskan, serta cerita yang nyeleneh.

Travis Touchdown, seorang otaku miskin yang memenangkan beam katana lewat lelang online, terjebak dalam dunia pembunuh bayaran. Demi uang (dan sedikit gengsi), ia berusaha naik peringkat dalam organisasi United Assassins Association. Dari situlah, identitas No More Heroes sebagai game penuh aksi sekaligus satir terbentuk.

No More Heroes II melanjutkan tradisi itu dengan memperbesar skala aksi. Dan kini, No More Heroes III datang membawa elemen baru: Travis harus menghadapi bukan hanya sesama pembunuh, melainkan juga ancaman kosmik berupa alien yang dipimpin oleh musuh karismatik bernama FU (Jess-Baptiste VI).

Cerita yang Gila Tapi Menarik

Kalau ada satu hal yang membuat No More Heroes III tak bisa dipisahkan dari seri lain, itu adalah ceritanya yang eksentrik. Alih-alih menampilkan plot linear seperti game aksi kebanyakan, NMH3 justru menghadirkan kisah penuh satir, humor gelap, bahkan parodi budaya pop.

Kisah dimulai dengan kembalinya Travis dari masa pensiun singkatnya. Ia kembali ke Santa Destroy, hanya untuk mendapati bumi terancam oleh FU, alien berpenampilan flamboyan yang dulunya pernah bersahabat dengan manusia. FU datang bersama pasukan alien lain yang disebut “superhero galaksi”. Mereka berencana menguasai bumi lewat turnamen peringkat, mirip dengan sistem yang pernah diikuti Travis melawan para pembunuh.

Seperti biasa, gaya Travis penuh sarkasme. Dalam cutscene, ia bisa dengan enteng berkomentar soal film Hollywood, anime shonen, atau bahkan meremehkan boss yang akan ia hadapi. Rasanya seperti menonton stand-up comedy absurd, tapi dengan pedang energi menyala di tangan.

Gameplay: Aksi Hack-and-Slash Plus Mini-Game Kocak

Gameplay No More Heroes III tetap mempertahankan formula utama: pertarungan hack-and-slash cepat dengan beam katana. Pemain bisa menggabungkan serangan ringan dan berat, melepaskan gerakan wrestling khas Travis, hingga melakukan finishing move dramatis yang memuaskan.

Namun, ada beberapa hal baru yang bikin NMH3 terasa segar:

  • Death Glove Skill Tree: Memberi Travis kemampuan khusus seperti serangan jarak jauh atau memperlambat musuh.

  • Boss Battle Unik: Setiap bos alien punya gaya bertarung yang berbeda, dari serangan sihir sampai robot raksasa.

  • Open World Santa Destroy: Pemain bisa menjelajahi kota dengan motor Travis, meski dunia terasa agak kosong, tapi tetap ada misi sampingan.

  • Mini-Game Aneh: Mulai dari memotong rumput, mengumpulkan sampah, hingga melawan aligator raksasa. Ya, mini-game kocak ini kembali lagi sebagai ciri khas NMH.

Ada momen di mana pemain mungkin berpikir, “Kenapa saya tiba-tiba jadi tukang bersih-bersih taman?”—tapi itulah daya tarik No More Heroes. Ia tidak pernah ingin serius sepenuhnya.

Visual, Musik, dan Atmosfer

Secara visual, No More Heroes III masih menampilkan gaya khas cel-shaded dengan warna-warna neon yang berani. Meski tidak sebanding dengan game AAA modern, grafisnya justru menambah nuansa retro-eksentrik. Transisi antar cutscene kadang sengaja dibuat seperti YouTube intro atau acara TV tahun 90-an, memberikan kesan “campy” yang disengaja.

Musiknya? Jangan ditanya. Soundtrack NMH3 memadukan elemen elektronik, rock, hingga chiptune, menciptakan atmosfer yang mendukung gila-gilaan pertarungan. Setiap kali beam katana menyala, ada dentuman musik yang membuat jantung berdegup lebih cepat.

Bahkan voice acting juga punya andil besar. Karakter FU disuarakan dengan gaya flamboyan yang karismatik, sementara Travis tetap dengan suara datarnya yang penuh sarkasme. Kombinasi ini membuat setiap dialog jadi hiburan tersendiri.

Kritik dan Apresiasi

Meskipun No More Heroes III punya daya tarik besar, ia bukan tanpa kekurangan. Banyak pengulas menganggap dunia open world terasa kosong, penuh dengan misi repetitif yang tidak selalu seru. Loading time juga sempat jadi masalah di versi awal rilis, meskipun beberapa sudah diperbaiki lewat patch.

Namun, di sisi lain, fans justru memuji keberanian Suda51 mempertahankan gaya uniknya. Di era game modern yang serba realistis, NMH3 hadir sebagai underdog dengan identitas kuat. Ia tidak takut untuk nyeleneh, bahkan menertawakan dirinya sendiri.

Bagi penggemar lama, game ini adalah nostalgia sekaligus penyegaran. Bagi pemain baru, ini bisa jadi pengalaman aneh tapi menghibur yang sulit ditemukan di game lain.Anekdot Pengalaman Pemain

Seorang gamer asal Surabaya, dalam wawancara komunitas, mengaku pernah tertawa terbahak-bahak ketika menghadapi salah satu boss yang tiba-tiba berubah jadi adegan anime lengkap dengan opening lagu. “Saya kira game-nya bug, ternyata itu memang bagian dari ceritanya,” ujarnya.

Ada juga cerita lain dari komunitas penggemar di Jepang, di mana seorang ayah main NMH3 bersama anaknya. Sang anak kaget melihat Travis melakukan German Suplex ke alien, sementara sang ayah justru nostalgik karena gerakan itu mirip gaya gulat klasik yang ia tonton dulu.

Posisi No More Heroes III di Industri Game

Di tengah arus game mainstream yang cenderung aman, No More Heroes III berdiri sebagai karya eksperimental yang berani. Ia mungkin tidak sempurna secara teknis, tapi punya jiwa yang jarang ditemukan.

Suda51 sendiri pernah mengatakan, No More Heroes adalah wadah baginya untuk mengekspresikan kritik terhadap budaya pop modern, kapitalisme, hingga dunia hiburan Jepang. NMH3 melanjutkan tradisi itu dengan cara lebih frontal: alien FU digambarkan seperti pengusaha besar yang ingin memonopoli bumi. Satirnya jelas, tapi disampaikan dengan gaya nyentrik khas NMH.

Kesimpulan

No More Heroes III bukan sekadar game hack-and-slash. Ia adalah pengalaman gila, penuh aksi, humor, satir, dan nostalgia yang disajikan dalam bungkus absurd. Untuk sebagian orang, mungkin game ini terasa aneh atau bahkan melelahkan. Tapi bagi mereka yang berani masuk ke dunia Travis Touchdown, inilah salah satu seri paling otentik dan unik di industri game.

Pada akhirnya, NMH3 berhasil mempertahankan statusnya sebagai game kultus. Ia bukan untuk semua orang, tapi justru di situlah kekuatannya. Sebuah karya yang tidak berusaha menyenangkan semua pihak, melainkan berdiri tegak dengan identitasnya sendiri.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming

Baca Juga Artikel Dari: Luigi’s Mansion 3: Petualangan Horor Komedi Nintendo Switch

Author