Pacific Drive: Petualangan Maut di Genre Survival Jonitogel Login

Pacific Drive

Jakarta, nintendotimes.com – Kamu duduk di balik kemudi station wagon tua, lampu-lampu dashboard berkedip liar, dan udara di luar dipenuhi kabut oranye yang menggantung seperti mimpi buruk. Radio tua di dalam mobil mendesis, kadang menyemburkan potongan pesan samar dari entah siapa. Di seberang cakrawala, petir menyambar walau tak ada awan. Rasanya seperti dunia telah patah logikanya.

Itulah Pacific Drive.

Dirilis oleh Ironwood Studios, game ini bukan cuma tentang bertahan hidup. Ini tentang mengemudi di tengah kekacauan, meretas jalan keluar dari zona eksklusi penuh anomali, dan menjadikan mobil tua rongsokmu satu-satunya sahabat hidup-mati.

Kalau kamu penggemar game survival, atau bahkan sekadar penikmat atmosfer horor sci-fi ala Annihilation, maka Pacific Drive wajib masuk radar.

Tapi kenapa game ini terasa begitu berbeda? Yuk, kita kupas satu per satu.

Zona Eksklusi: Dunia yang Hidup, Bernapas, dan Mengancam

Pacific Drive

Pacific Drive berlatar di versi fiksi dari Pacific Northwest—tepatnya, “Olympic Exclusion Zone”, sebuah area terlarang yang terkontaminasi oleh eksperimen ilmiah gagal.

Kalau kamu familier dengan konsep seperti Chernobyl atau film Stalker karya Tarkovsky, maka zona ini akan terasa akrab: penuh misteri, keindahan yang membingungkan, dan bahaya yang tak selalu terlihat.

Anomali di sini bukan sekadar “monsters in the dark”. Lebih sering mereka muncul dalam bentuk medan magnet yang rusak, realitas yang tertekuk, atau bahkan portal interdimensional yang mengisap seluruh mobilmu kalau kamu nggak waspada. Di sinilah genius game ini bersinar—musuh utamamu bukan makhluk hidup, tapi dunia itu sendiri.

Seorang streamer pernah bilang, “This game is like driving through a haunted house that hates you, but somehow, you love it back.” Dan itu bener banget.

Mobilmu, Nyawamu: Simbiosis yang Unik dalam Survival

Kebanyakan game survival menaruh fokus pada karakter. Pacific Drive, sebaliknya, melemparkan semua ekspektasi itu ke luar jendela.

Di sini, mobilmu adalah karakter utama kedua. Dan kamu akan membangun ikatan emosional dengannya.

Mulai dari memperbaiki pintu yang copot karena tertabrak anomali listrik, sampai memodifikasi suspensi agar bisa lewati medan berbatu, setiap upgrade punya bobot strategis. Tapi bukan cuma fungsional—interior mobil bisa kamu personalisasi. Nggak nyangka kan, betapa nyamannya rasanya saat kembali ke mobil setelah hampir “tewas” di luar, dan melihat gantungan CD favoritmu masih berayun pelan dari spion.

Ada momen fiktif yang saya suka bayangkan: karakter utama—tak disebutkan namanya dalam game—duduk diam di dalam mobil, hujan asam menetes pelan di kaca depan, sembari mendengarkan rekaman radio dari orang yang sudah lama hilang. Momen sunyi seperti ini bikin game ini terasa intim, meskipun berlatar dunia yang kacau.

Gameplay: Antara Horor Ambient dan Strategi Mekanik

Pacific Drive memadukan elemen dari berbagai genre—roguelike, survival, simulasi mekanik, dan bahkan sedikit vibes horror psikologis.

Setiap ekspedisi ke zona eksklusi bersifat prosedural. Artinya, peta dan peristiwa yang kamu alami akan selalu berbeda. Tapi ini bukan semata gimmick; sistem ini membuat kamu selalu waspada. Nggak ada jalan yang benar-benar aman, dan rute cepat kadang justru membawa ke bencana.

Sistem crafting dan upgrade juga dalam. Kamu butuh sumber daya—logam, energi, data anomali—yang semuanya dikumpulkan dalam ekspedisi penuh risiko. Tapi jangan terlalu serakah. Kalau kamu gagal kembali ke “garasi aman”, semua itu hilang. Permainan imbang antara “ambil banyak” vs “pulang cepat” adalah nyawa dari gameplay-nya.

Yang menarik, tidak ada sistem pertarungan tradisional. Tidak ada senjata. Tidak ada “bunuh musuh”. Semua tentang strategi bertahan dan menghindar. Sebuah pilihan desain yang berani—dan berhasil.

Visual dan Audio: Atmosfer yang Menyihir dan Menakutkan

Kalau kita bicara tentang visual, Pacific Drive bukan game jonitogel login dengan grafis realistis ala AAA. Tapi itu bukan masalah. Gaya art-nya yang stylized dan penuh warna kontras justru memperkuat kesan dunia yang “rusak”.

Langit seringkali tampak terlalu hijau. Kabut muncul entah dari mana. Cahaya dari lampu mobil menciptakan bayangan panjang yang bergerak aneh. Ini bukan dunia yang familiar—dan itulah intinya.

Tapi yang benar-benar memaku saya di kursi adalah desain suara.

Dari suara mesin mobil yang menderita ketika mendaki bukit curam, hingga desisan anomali yang merayap di kejauhan, audio game ini adalah masterpiece. Bahkan soundtrack-nya terasa seperti mixtape dari radio post-apocalyptic.

Tak sedikit pemain yang bilang mereka “nggak bisa main lebih dari dua run karena terlalu tegang”. Dan saya percaya itu.

Mengapa Pacific Drive Menjadi Favorit Diam-Diam Para Gamer

Pacific Drive

Pacific Drive mungkin bukan game yang viral besar-besaran seperti Elden Ring atau Baldur’s Gate 3. Tapi dia punya daya tarik kultus yang kuat.

Kenapa?

Karena game ini menghargai rasa ingin tahu. Ia tidak memegang tanganmu. Tidak memberi peta besar penuh ikon. Tidak mengulang-ulang tutorial. Ia mengandalkan kamu untuk belajar melalui rasa takut, kegagalan, dan akhirnya… rasa kagum.

Dan di era di mana banyak game terlalu “memberi”, Pacific Drive justru mengajakmu berpikir, merasa, dan—kadang—berhenti sejenak untuk sekadar memandangi kabut oranye yang menggantung di cakrawala.

Penutup: Perjalanan yang Akan Selalu Kau Ingat

Pacific Drive bukan untuk semua orang. Tapi buat mereka yang ingin sesuatu yang berbeda—yang atmosferik, menantang, dan personal—game ini adalah harta karun.

Ia adalah kombinasi aneh antara simulator mengemudi, cerita fiksi ilmiah yang menggugah, dan mimpi buruk yang memelukmu dengan tenang.

Dan ketika akhirnya kamu berhasil pulang ke garasi, mesin mobil mendengkur pelan, dan hujan deras mengguyur atap, kamu akan merasa satu hal:

“Aku masih hidup. Mobilku masih bersamaku. Dan besok… aku akan kembali ke jalanan itu.”

Baca Juga Artikel dari: Metal Slug: Game Arcade Penuh Aksi dari Jonitogel Login

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming

Author