My Time at Portia: Dunia Damai di Tengah Reruntuhan Peradaban
Jakarta, nintendotimes.com – Bayangkan dunia setelah kehancuran besar. Bumi tidak lagi sama, tetapi peradaban perlahan bangkit kembali—dari puing-puing masa lalu, lahirlah sebuah kota kecil yang indah bernama Portia.
Di sinilah perjalananmu dimulai. Sebagai karakter utama, kamu datang ke Portia untuk mengambil alih bengkel peninggalan ayahmu, dengan satu tujuan: membangun kehidupan baru dan membantu kota kecil ini tumbuh.
Namun, berbeda dari dunia pasca-apokaliptik lain yang suram, Portia justru hangat, penuh warna, dan dipenuhi harapan.
My Time at Portia bukan sekadar game simulasi; ia adalah dongeng modern tentang kehidupan, kerja keras, dan cinta sederhana di dunia yang sedang mencoba sembuh.
Perpaduan Genre yang Lembut Tapi Dalam

Dirilis oleh Pathea Games dan dipublikasikan oleh Team17, game ini menggabungkan berbagai elemen:
-
Simulation life seperti Harvest Moon atau Stardew Valley,
-
Crafting dan building seperti Minecraft,
-
Dan sedikit RPG action yang membuatnya terasa dinamis dan hidup.
Kamu bisa melakukan banyak hal di Portia:
-
Mengumpulkan bahan baku dari reruntuhan kuno,
-
Membangun mesin atau furnitur di bengkelmu,
-
Menanam tanaman,
-
Menjalin hubungan sosial dengan penduduk,
-
Bahkan menikah dan membangun keluarga.
Semua aktivitas itu dikemas dengan ritme yang tenang namun adiktif.
Setiap pagi, kamu akan keluar dari rumah kecilmu, melihat matahari terbit di atas bukit Portia, dan berpikir: “Hari ini aku ingin membuat sesuatu yang lebih baik.”
Sistem Crafting: Jantung Kehidupan Portia
Salah satu kekuatan terbesar My Time at Portia adalah sistem crafting-nya yang mendalam namun mudah dipelajari.
Kamu bisa membuat berbagai benda—dari jembatan dan kincir angin hingga mesin uap raksasa—semuanya dimulai dari bahan sederhana yang kamu kumpulkan sendiri.
Untuk membuat satu proyek besar, kamu harus:
-
Menemukan blueprint di Research Center,
-
Mengumpulkan logam, kayu, atau batu,
-
Memproses bahan di Furnace atau Grinder,
-
Menyusun bagian-bagiannya di Assembly Station.
Setiap langkah terasa seperti bagian dari kehidupan nyata. Kamu tidak hanya “klik dan jadi”, tapi harus melewati proses yang menumbuhkan rasa pencapaian.
Ada kepuasan tersendiri ketika akhirnya kamu berhasil membangun sesuatu yang dibutuhkan warga kota—sebuah mesin yang akan mengubah kehidupan mereka.
Karakter dan Cerita: Kehangatan di Balik Dunia yang Hancur
Daya tarik Portia bukan hanya pada gameplay-nya, tapi pada penduduknya yang penuh karakter.
Ada lebih dari 50 NPC dengan kepribadian unik, dari yang pemalu hingga yang eksentrik, dari ilmuwan sampai penjual buah.
Beberapa di antaranya yang paling berkesan:
-
Presley, mentor pertama yang membimbingmu di guild.
-
Gust, arsitek tampan namun dingin yang perlahan membuka hati.
-
Emily, gadis petani yang manis dan penuh semangat.
-
Arlo, kapten Civil Corps yang tegas namun baik hati.
Hubungan dengan mereka bisa kamu bangun melalui percakapan, hadiah, hingga mini-games seperti duel atau permainan sosial.
Dan ketika kedekatan mencapai puncak, kamu bisa menikah—lengkap dengan sistem rumah tangga yang hidup dan realistis.
Namun, di balik semua kehangatan itu, game ini juga menyimpan nuansa misteri.
Reruntuhan kuno yang kamu jelajahi bukan sekadar tempat berburu harta, tapi peninggalan dari dunia lama—dunia sebelum kehancuran teknologi.
Dari situ, perlahan kamu akan memahami bahwa My Time at Portia bukan hanya tentang kehidupan baru, tapi juga tentang bagaimana manusia belajar dari kesalahan masa lalu.
Visual dan Musik: Dunia yang Penuh Kehangatan
Secara visual, game ini mengusung gaya cartoonish 3D dengan warna pastel yang menenangkan. Setiap elemen, dari pepohonan hingga rumah kayu, terasa hidup dan penuh cinta dalam desainnya.
Lembayung sore di Portia adalah salah satu pemandangan paling indah dalam dunia game. Cahaya jingga menembus pepohonan, bayangan lembut jatuh ke tanah, dan burung-burung beterbangan di kejauhan.
Ada momen di mana kamu akan berhenti sejenak, hanya untuk menikmati pemandangan itu sambil diiringi musik latar yang lembut dan damai.
Musik dalam My Time at Portia diciptakan untuk menenangkan jiwa.
Nada-nadanya sederhana, namun penuh makna—seakan mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam hal-hal kecil.
Perbandingan dengan Game Sejenis
Banyak orang membandingkan My Time at Portia dengan Stardew Valley, tapi sebenarnya keduanya punya filosofi berbeda.
Jika Stardew Valley fokus pada pertanian dan kehidupan desa, maka Portia lebih menekankan pada pembangunan dan teknologi humanistik.
Kamu tidak hanya menanam dan memanen, tapi juga membangun peradaban kecil.
Setiap mesin yang kamu buat memiliki fungsi nyata dalam kota—membantu transportasi, energi, atau kenyamanan warga.
Game ini juga memiliki elemen combat ringan dalam dungeon, yang menambah variasi gameplay tanpa kehilangan nuansa santainya.
Penerus dan Warisannya: Dari Portia ke Sandrock
Keberhasilan My Time at Portia mendorong lahirnya sekuel berjudul My Time at Sandrock.
Jika Portia adalah kota hijau yang tenang, maka Sandrock menghadirkan dunia gurun yang keras, penuh tantangan, namun tetap membawa semangat yang sama—membangun, bersosialisasi, dan menciptakan kehidupan baru dari debu.
Keduanya kini menjadi bagian dari seri “My Time”, yang terus berkembang menjadi salah satu game simulasi kehidupan paling dicintai di seluruh dunia.
Penutup: Hidup, Bukan Sekadar Bermain
My Time at Portia bukan hanya game. Ia adalah pengingat halus tentang makna hidup sederhana—tentang bekerja keras, membangun hubungan, dan menikmati waktu yang kita punya.
Di dunia yang serba cepat, Portia menawarkan pelarian yang menenangkan:
Sebuah tempat di mana waktu berjalan lambat, di mana setiap pagi membawa harapan baru, dan setiap malam diakhiri dengan langit berbintang yang tenang.
Mungkin itulah sebabnya, begitu banyak pemain merasa rindu setiap kali meninggalkan Portia.
Karena pada akhirnya, di balik layar komputer, game ini bukan sekadar tentang membangun mesin—tapi tentang membangun makna dari kehidupan.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming
Baca Juga Artikel Dari: Story of Seasons: Kehangatan Hidup di Desa dan Nostalgia Pertanian yang Tak Pernah Pudar
