Once Upon a Katamari: Perjalanan Absurd nan Indah Dunia Game

Once Upon a Katamari

Jakarta, nintendotimes.com – Ada banyak game yang mengandalkan grafik realistis, aksi penuh ledakan, atau cerita epik yang berat. Tapi Once Upon a Katamari hadir dengan sesuatu yang berbeda—aneh, absurd, namun justru itulah yang membuatnya begitu dicintai.

Dalam game ini, pemain mengendalikan seorang karakter kecil bernama The Prince, putra Raja Kosmos yang super eksentrik. Tugasnya? Menggulung benda-benda dengan bola ajaib bernama Katamari, hingga bola itu makin besar dan akhirnya bisa berubah menjadi bintang, bulan, atau planet baru.

Ya, sesederhana itu. Atau seabsurd itu. Bayangkan: dari mulai menggulung penghapus, pensil, dan kertas di kamar tidur, lalu perlahan bola membesar hingga bisa menyapu kucing, manusia, gedung, bahkan gunung. Tidak ada game lain yang menawarkan konsep segila ini, namun entah kenapa terasa sangat menyenangkan.

Ada satu komentar lucu dari seorang gamer di forum lokal: “Main Katamari tuh kayak ngerjain kerjaan rumah, cuma kali ini bersih-bersihnya bikin planet.” Dan memang, sensasi menggulung apapun yang ada di hadapan terasa seperti terapi sekaligus hiburan.

Gameplay yang Sesederhana Itu, Tapi Dalam

Once Upon a Katamari

Once Upon a Katamari mengusung mekanisme gameplay sederhana. Pemain hanya perlu menggulirkan bola Katamari dengan kontrol analog, memilih jalur, dan memastikan benda-benda bisa menempel. Semakin besar Katamari, semakin besar benda yang bisa digulung.

Namun, kesederhanaan ini menyimpan kedalaman tersendiri:

  1. Progressive Challenge
    Awalnya, hanya bisa menggulung benda-benda kecil seperti koin atau mainan. Tapi seiring waktu, pemain ditantang untuk menggulung objek lebih besar, dari manusia hingga bangunan.

  2. Batas Waktu
    Setiap misi punya timer. Jadi ada tekanan untuk secepat mungkin memperbesar Katamari.

  3. Eksperimen Bebas
    Meskipun ada tujuan, banyak pemain yang sekadar senang menggulung apa saja. Rasanya seperti bermain sandbox absurd.

  4. Visual Unik
    Grafisnya tidak realistis, melainkan penuh warna dengan gaya low-poly yang imut dan retro. Justru di situlah daya tariknya: dunia Katamari terasa seperti dongeng interaktif.

Seorang pengulas game internasional pernah menulis, “Katamari adalah game yang tidak menjual kesempurnaan visual, tapi menjual pengalaman bermain yang membuat orang tersenyum.”

Filosofi di Balik Katamari

Meski terlihat absurd, banyak orang melihat Once Upon a Katamari sebagai game dengan filosofi mendalam.

  • Tentang Perspektif Hidup
    Awalnya, dunia terasa besar dan kita kecil. Tapi dengan usaha, bola kita tumbuh, dan sesuatu yang tadinya mustahil digulung menjadi mungkin. Mirip perjalanan hidup manusia.

  • Tentang Kekacauan yang Indah
    Game ini penuh kekacauan: menggulung orang yang panik, hewan yang berlari, atau mobil yang terseret. Namun, dari kekacauan itu lahirlah sesuatu yang baru: bintang dan planet.

  • Tentang Kebersahajaan
    Di era game yang sibuk mengejar realisme, Katamari mengingatkan bahwa kebahagiaan bisa datang dari hal sederhana: menggulung dunia kecil kita sendiri.

Ada seorang mahasiswa di Jakarta yang pernah menulis esai tentang Katamari sebagai metafora hidup. Ia menyebut, “Setiap hari kita menggulung pengalaman, baik yang besar maupun kecil, untuk membentuk diri kita yang utuh. Katamari adalah hidup.”

Once Upon a Katamari dan Budaya Pop

Tidak hanya sebagai game, Katamari sudah menjadi fenomena budaya pop. Musiknya yang eksentrik—campuran jazz, pop Jepang, dan irama ceria—sering disebut sebagai salah satu soundtrack game terbaik sepanjang masa.

Di Jepang, Katamari bahkan sempat menjadi simbol gaya hidup quirky: polos, aneh, tapi menyenangkan. Di luar negeri, banyak meme lahir dari adegan-adegan kocak dalam game ini, terutama ekspresi Raja Kosmos yang dramatis dan penuh komentar sarkastik.

Game ini juga menginspirasi komunitas kreatif. Ada yang membuat fan art, musik remix, hingga cosplay The Prince. Bahkan, beberapa desainer menyebut Katamari sebagai referensi visual untuk proyek seni mereka.

Di Indonesia sendiri, Katamari punya penggemar cult. Meski tidak sepopuler game mainstream, banyak gamer retro dan indie yang menyebutnya sebagai “hidden gem” yang layak dicoba.

Masa Depan Katamari – Nostalgia dan Harapan

Meski sudah lama hadir, Once Upon a Katamari tetap relevan. Developer sering merilis versi remaster untuk konsol modern, membuat generasi baru bisa ikut merasakan keseruannya.

Dengan tren game indie yang mengutamakan kreativitas, Katamari dianggap sebagai pionir. Banyak game absurd modern seperti Untitled Goose Game atau Donut County berutang inspirasi pada Katamari.

Pertanyaannya: apakah Katamari akan terus berkembang? Banyak fans berharap ada sekuel dengan teknologi VR, di mana pemain bisa benar-benar “merasakan” menggulung dunia dengan tubuh mereka. Bayangkan betapa imersifnya jika kita berada langsung di dalam bola Katamari raksasa!

Bagi gamer lama, Katamari adalah nostalgia. Bagi gamer baru, ia adalah pengalaman segar. Dan bagi industri, Katamari adalah pengingat bahwa game tidak harus serius atau realistis untuk bisa meninggalkan kesan mendalam.

Kesimpulan

Once Upon a Katamari adalah game yang mengajarkan kita untuk tidak meremehkan hal sederhana. Dengan konsep absurd menggulung benda menjadi bola raksasa, ia berhasil menyentuh hati jutaan pemain di seluruh dunia.

Lebih dari sekadar hiburan, Katamari menghadirkan refleksi tentang hidup: bagaimana kita membangun sesuatu sedikit demi sedikit, hingga akhirnya menjadi sesuatu yang besar dan berarti.

Di dunia game yang penuh kompetisi dan grafik realistis, Katamari tetap menonjol dengan pesona uniknya. Ia mengingatkan kita bahwa kadang, yang kita butuhkan hanyalah bola ajaib untuk menggulung semua kekacauan, lalu melihatnya berubah jadi bintang di langit.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Gaming

Baca Juga Artikel Dari: Ninja Gaiden: Legenda Game Aksi yang Tak Pernah Mati

Author