Dragon Age Inquisition: Sebuah Perjalanan Epik yang Tak Lekang

Dragon Age Inquisition

Jakarta, nintendotimes.com – Ada sebuah momen di tahun 2014 yang masih melekat dalam ingatan banyak gamer di seluruh dunia. Saat itu, BioWare—studio legendaris di balik Mass Effect dan Dragon Age—meluncurkan seri ketiga dari waralaba fantasi mereka: Dragon Age Inquisition. Game ini bukan sekadar peluncuran biasa, tapi sebuah peristiwa besar dalam dunia RPG.

Bayangkan, Anda masuk ke dalam dunia fantasi bernama Thedas, sebuah negeri penuh konflik antara manusia, elf, dwarf, dan makhluk-makhluk gaib. Di sana, langit tiba-tiba terbuka, mengeluarkan celah hijau bercahaya yang disebut Breach. Dari celah itu, iblis-iblis masuk, menghancurkan dunia yang sudah rapuh oleh peperangan.

Dan di tengah kekacauan itu, karakter Anda—seorang tokoh yang awalnya hanyalah “biasa”—mendadak jadi kunci penyelamat. Sebuah tanda magis di tangan, hasil dari kecelakaan misterius, memberi Anda kekuatan untuk menutup celah itu. Dari sinilah petualangan epik dimulai.

Tidak berlebihan jika banyak yang menyebut Dragon Age Inquisition sebagai salah satu RPG terbaik dekade 2010-an. Dengan alur cerita kompleks, karakter yang hidup, dan pilihan moral yang benar-benar memengaruhi jalannya cerita, game ini membuat pemain merasa bukan sekadar “bermain,” tapi hidup di dunia Thedas.

Dunia Thedas: Antara Politik, Sihir, dan Intrik

Dragon Age Inquisition

Salah satu daya tarik Dragon Age Inquisition adalah bagaimana ia tidak hanya menampilkan pertarungan melawan iblis, tapi juga drama politik yang pelik. Pemain bukan hanya seorang pahlawan, melainkan juga Inquisitor, pemimpin organisasi besar bernama The Inquisition.

Sebagai Inquisitor, Anda harus:

  • Menyusun strategi perang melawan iblis.

  • Menyelesaikan konflik antar bangsa: Ferelden, Orlais, dan wilayah-wilayah lain.

  • Menentukan arah politik gereja sihir (Chantry) yang sedang kacau.

  • Memutuskan nasib para penyihir dan Templar yang terus bertikai.

Di sinilah genius BioWare terasa. Setiap keputusan punya konsekuensi. Misalnya, ketika memilih apakah Anda mendukung penyihir atau Templar, pilihan itu tidak hanya berpengaruh pada cerita, tapi juga menentukan siapa yang akan menjadi sekutu atau musuh di kemudian hari.

Sebagai seorang jurnalis yang pernah mewawancarai gamer veteran, ada yang bilang begini: “Dragon Age Inquisition itu seperti main catur di dunia fantasi. Bukan sekadar mengayunkan pedang, tapi juga memikirkan siapa yang akan duduk di kursi kekuasaan.”

Intrik politik bercampur dengan sihir, menjadikan dunia Thedas bukan sekadar latar belakang, melainkan sebuah dunia hidup yang penuh konflik dan realitas.

Karakter-Karakter Ikonik: Dari Cassandra hingga Solas

Tidak ada RPG BioWare yang lengkap tanpa karakter-karakter yang memorable. Dragon Age Inquisition punya jajaran companion (pendamping) yang bisa membuat pemain jatuh hati, kesal, atau bahkan benci.

Beberapa karakter ikonik di antaranya:

  • Cassandra Pentaghast: Seorang Seeker of Truth yang keras kepala tapi berhati mulia. Dia adalah pilar moral Inquisition.

  • Varric Tethras: Dwarf pencerita ulung, dengan crossbow kesayangannya, Bianca. Selalu jadi sumber humor sekaligus sahabat setia.

  • Solas: Penyihir misterius yang tahu banyak tentang Fade, dunia roh. Karakternya penuh teka-teki, dan siapa sangka, dialah kunci dari salah satu plot twist terbesar di dunia Dragon Age.

  • Iron Bull: Seorang Qunari besar dengan selera humor sarkastik. Meski tampak garang, ia justru jadi salah satu karakter paling lovable.

  • Dorian Pavus: Penyihir flamboyan dari Tevinter, penuh pesona sekaligus punya latar belakang menyentuh.

Hubungan dengan mereka bukan sekadar formalitas. Pemain bisa membangun persahabatan, kepercayaan, bahkan romansa. BioWare terkenal berani mengeksplorasi hubungan antar karakter, dan Dragon Age Inquisition menjadi salah satu yang paling berani sekaligus emosional.

Seorang pemain pernah menulis di forum, “Saya tidak bisa move on dari Solas. Dia bukan sekadar companion, tapi karakter yang membuat saya mempertanyakan kepercayaan saya terhadap dunia Thedas.”

Gameplay: Kombinasi Taktik dan Aksi

Selain cerita dan karakter, gameplay Dragon Age Inquisition juga layak diulas panjang. Game ini mencoba menggabungkan gaya aksi real-time dengan elemen taktis.

Pemain bisa bertarung dengan langsung mengendalikan karakter, mengayunkan pedang, memanah, atau melontarkan sihir. Namun, jika situasi sulit, ada fitur tactical camera—kamera yang memungkinkan Anda berhenti sejenak, melihat medan dari atas, dan mengatur strategi secara detail.

Bayangkan, Anda menghadapi naga raksasa. Dengan mode taktis, Anda bisa memerintahkan warrior untuk menarik perhatian naga, sementara mage menyiapkan mantra es untuk melawan serangan api, dan rogue menyelinap dari belakang untuk melancarkan serangan kritis.

Selain itu, ada juga sistem War Table, di mana pemain bisa mengirim agen untuk menjalankan misi politik, diplomatik, atau militer. Fitur ini membuat pemain merasa benar-benar seperti pemimpin organisasi besar, bukan hanya petarung di garis depan.

Grafis dan Dunia yang Luas

Tidak bisa dipungkiri, Dragon Age Inquisition adalah salah satu game dengan grafis paling memukau di masanya. Dibangun dengan Frostbite Engine, game ini menghadirkan pemandangan spektakuler: dari pegunungan bersalju, hutan lebat, hingga reruntuhan kuno yang penuh misteri.

Dunia Thedas terbagi dalam beberapa area luas yang bisa dieksplorasi. Setiap daerah punya suasana unik. Misalnya:

  • Hinterlands: padang rumput luas dengan konflik antara bandit, templar, dan penyihir.

  • Storm Coast: pantai berbatu dengan badai petir dan gua-gua misterius.

  • Emprise du Lion: wilayah bersalju dengan naga yang bersemayam di reruntuhan jembatan kuno.

Pemain tidak hanya bertarung, tapi juga bisa berburu, mengumpulkan bahan, membuat ramuan, hingga membangun markas Inquisition. Semua itu membuat dunia terasa hidup dan penuh aktivitas.

Pengaruh dan Warisan Dragon Age Inquisition

Dragon Age Inquisition tidak hanya sukses secara komersial, tapi juga secara kritis. Game ini memenangkan Game of the Year di ajang The Game Awards 2014, mengalahkan beberapa pesaing berat.

Lebih dari sekadar penghargaan, game ini meninggalkan warisan kuat dalam dunia RPG. Banyak game setelahnya terinspirasi oleh formula narasi mendalam, pilihan moral yang kompleks, dan perpaduan aksi-taktis yang ditawarkan.

Dan tentu saja, waralaba Dragon Age masih berlanjut. Pengumuman tentang Dragon Age: Dreadwolf membuat para penggemar semakin antusias, terutama karena kelanjutan kisah Solas sebagai salah satu tokoh kunci.

Kesimpulan: Sebuah RPG Epik yang Wajib Dikenang

Dragon Age Inquisition adalah bukti nyata bagaimana sebuah game bisa jadi lebih dari sekadar hiburan. Ia adalah cerita, pengalaman, dan perjalanan emosional. Dengan dunia yang luas, karakter yang kuat, dan pilihan yang benar-benar bermakna, game ini berhasil mencetak sejarah sebagai salah satu RPG terbaik sepanjang masa.

Bagi mereka yang belum pernah mencoba, Dragon Age Inquisition bukan hanya soal menutup celah di langit. Ini adalah kisah tentang kepemimpinan, pengorbanan, dan bagaimana setiap pilihan—besar atau kecil—bisa mengubah dunia.

Seperti yang pernah dikatakan seorang gamer veteran, “Dragon Age Inquisition bukan hanya game. Ia adalah sebuah novel epik, tapi dengan kita sebagai penulisnya.”

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentanag: Gaming

Baca Juga Artikel Dari: Grim Fandango: Game Petualangan Klasik yang Abadi dan Filosofi

Author